بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّ حِيْمِ
Menurut
Imam Hasan Al-Banna, ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) adalah keterikatan
hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
Ukhuwah Islamiyah adalah
satu dari tiga unsur kekuatan yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di
zaman Rasulullah, yaitu pertama, kekuatan iman dan aqidah. Kedua, kekuatan
ukhuwah dan ikatan hati. Dan ketiga, kekuatan kepemimpinan dan
senjata.
Dengan
tiga kekuatan ini, Rasulullah saw membangun masyarakat ideal, memperluas Islam,
mengangkat tinggi bendera tauhid, dan mengeksiskan umat Islam atas muka dunia
kurang dari setengah abad.
Sekarang
ini, kita berusaha memperbaharui kekuatan ukhuwah ini, karena ukhuwah memiliki
pengaruh kuat dan aktif dalam proses mengembalikan kejayaan umat Islam.
Kedudukan
Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah
adalah nikmat Allah, anugerah suci, dan pancaran cahaya rabbani yang Allah
persembahkan untuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan pilihan. Allahlah yang
menciptakannya. Allah berfirman: “…Dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu.” (QS: Ali Imran: 103). “…Lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara…” (QS: Ali Imran: 103).
Ukhuwah
adalah pemberian Allah, yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Allah
berfirman: “…Walaupun kamu membelanjakan semua (kakayaan) yang ada
di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah
telah mempersatukan hati mereka… (QS: Al-Anfal: 63)”
Selain
nikmat dan pemberian, ukhuwah memiliki makna empati, lebih dari sekadar
simpati. Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin dengan
mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada
bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut
merasakannya.” (HR. Imam Muslim).
Dengan
ukhuwah, sesama mukmin akan saling menopang dan menguatkan, menjadi satu umat
yang kuat. Rasulullah Saw. Bersabda: “Mukmin satu sama lainnya bagaikan
bangunan yang sebagiannya mengokohkan bagian lainnya.” (HR. Imam Bukhari).
Adapun
hubungannya dengan iman, ukhuwah diikat oleh iman dan taqwa.
Sebaliknya, iman juga diikat dengan ukhuwah. Allah
berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. (QS:
Al-Hujurat: 10).” Artinya, mukmin itu pasti bersaudara. Dan tidak ada
persaudaraan kecuali dengan keimanan. Jika Anda melihat ada yang bersaudara
bukan karena iman, maka ketahuilah itu adalah persaudaraan dusta.
Tidak memiliki akar dan tidak memiliki buah. Jika Anda melihat iman tanpa
persaudaraan, maka itu adalah iman yang tidak sempurna, belum mencapai derajat
yang diinginkan, bahkan bisa berakhir dengan permusuhan. Allah berfirman:
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh sebagian yang
lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS: Al-Zukhruf: 67).
Keutamaan Ukhuwah Islamiah
Ukhuwah
memiliki banyak sekali keutamaan. Pertama, dengan ukhuwah kita
bisa merasakan manisnya iman. Rasulullah Saw. bersabda: “Ada tiga
golongan yang dapat merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan
Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang karena
Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan
ke dalam api neraka.” (HR. Imam Bukhari).
Kedua, dengan ukhuwah kita akan berada di
bawah naungan cinta Allah dan dilindungi dibawah Arsy-Nya. Di akhirat Allah
berfirman: “Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, maka
hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan kecuali
naunganku.” (HR. Imam Muslim). Rasulullah Saw. bersabda: “Ada
seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan,
Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika berjumpa, malaikat bertanya, “Mau kemana?”
Orang tersebut menjawab, “Saya mau mengunjungi saudara di desa ini.” Malaikat
bertanya, “Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu keuntungan darinya?” Ia
menjawab, “Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku mencintainya karena
Allah.” Malaikat pun berkata, “Sungguh utusan Allah yang diutus padamu memberi
kabar untukmu, bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai
saudaramu karena-Nya.” (HR. Imam Muslim).
Ketiga, dengan ukhuwah kita akan menjadi ahli
surga di akhirat kelak. Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang
mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat
berseru, ‘Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah
mendapatkan salah satu tempat di surga.” (HR. Imam Al-Tirmizi).
Rasulullah Saw. Bersabda: “Sesungguhnya di sekitar arasy Allah ada
mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian cahaya.
Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga para
syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka karena kedudukan mereka
di sisi Allah.” Para sahabat bertanya, “Beritahukanlah sifat mereka wahai
Rasulallah. Maka Rasul bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling
mencintai karena Allah, bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi karena
Allah.” (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para perawinya
tsiqat).
Keempat,
bersaudara karena
Allah adalah amal mulia yang akan mendekatkan seorang hamba dengan Allah. Rasul
pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda,
“…Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah…” Kemudian Rasul ditanya
lagi, “Selain itu apa wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Hendaklah kamu
mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, dan hendaklah kamu
membenci bagi orang lain sebagaimana kamu membenci bagi dirimu sendiri.” (HR.
Imam Al-Munziri).
Kelima, dengan ukhuwah dosa-dosa kita akan
diampuni oleh Allah. Rasulullah Saw bersabda: “Jika dua orang
Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa
mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon.” (Hadis
yang ditkhrij oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dha’if).
Syarat
dan Hak Ukhuwah
Ukhuwah
memiliki beberapa syarat dan hak yang harus kita penuhi. Yang pertama,
hendaknya kita bersaudara untuk mencari keridhaan Allah, bukan kepentingan atau
berbagai tujuan duniawi. Tujuannya ridha Allah, mengokohkan internal umat
Islam, berdiri tegar di hadapan konspirasi yang berusaha menghancurkan agama
Islam. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung
niatnya…” (HR. Imam Bukhari).
Yang
kedua, hendaknya kita
saling tolong-menolong dalam keadaan suka dan duka, senang atau tidak, mudah
maupun susah. Rasul bersabda, “Muslim adalah saudara muslim, ia tidak
mendhaliminya dan tidak menghinanya… tidak boleh seorang muslim bermusuhan
dengan saudaranya lebih dari tiga hari, di mana yang satu berpaling dari yang
lain, dan yang lain juga berpaling darinya. Maka yang terbaik dari mereka
adalah yang memulai mengucapkan salam.” (HR. Imam Muslim).
Dan
yang ketiga, hendaknya kita memenuhi hak-hak umum dalam ukhuwah.
Rasul bersabda: “Hak muslim atas muslim lainnya ada enam, yaitu jika
berjumpa ia memberi salam, jika bersin ia mendoakannya, jika sakit ia
menjenguknya, jika meninggal ia mengikuti jenazahnya, jika bersumpah ia
melaksanakannya.” (HR. Imam Muslim).
Tingkatan-tingkatan
Ukhuwah
Tingkatan
yang terendah dari ukhuwah adalah salamatush shadr, yaitu bersihnya hati kita dari
perasaan iri, dengki, benci, dan sifat-sifat negatif lainnya terhadap saudara
kita. Jika kita tidak bisa memberikan suatu kebaikan kepada saudara
kita, paling tidak kita tidak memiliki perasaan yang negatif kepadanya. Termasuk
juga dalam tingkatan yang terendah ini adalah selamatnya saudara kita
dari kejahatan lisan dan tangan kita. Jangan sekali-kali kita melakukan
kezhaliman kepada saudara kita.
Adapaun
tingkatan ukhuwah yang tertinggi adalah itsaar, yaitu lebih mementingkan dan
mengutamakan saudara kita diatas diri kita sendiri. Inilah dahulu
yang pernah dicontohkan oleh para sahabat Anshor kepada para sahabat Muhajirin
di Madinah.
Tahapan-tahapan Ukhuwah
Untuk
membangun ukhuwah, diperlukan beberapa tahapan. Yang pertama adalah
ta’aruf, yaitu saling mengenal. Pepatah bilang: ‘Tak kenal maka tak sayang.’ Apalagi
saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud nyata ketaatan kepada
perintah Allah SWT (Q.S. Al Hujurat: 13)
Tahapan
berikutnya adalah
tafahum, yaitu saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan
saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya
meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia
tunaikan. Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda,
“Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan
menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib di
hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong
saudaranya.” (H.R. Muslim)
Setelah
ta’aruf dan tafahum, yang berikutnya harus kita lakukan untuk mewujudkan
ukhuwah adalah ta’awun, yaitu saling membantu dan menolong, tentu saja dalam
kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.
Hal-hal
yang menguatkan ukhuwah islamiyah:
- Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai. Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “ Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’ Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.”
- Memohon didoakan bila berpisah. “Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu” (H.R. Muslim).
- Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa. “Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)
- Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim). “Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud dari Barra’)
- Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
- Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu
- Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya
- Memenuhi hak ukhuwah saudaranya
- Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
Semoga bermanfaat... :-)